Mungkin pernah terbesit dipikiran kita, kenapa kita yang seorang muslim hidupnya jauh lebih sengsara daripada mereka yang hidup didalam kekafiran. Padahal seorang muslim hidup diatas ketaatan dan pengabdian kepada Sang Pencipta Allah Ta’ala, sedangkan orang kafir hidup diatas kekufuran kepada Allah.
Wahai saudaraku seiman, janganlah heran dengan fenomena yang sedang terjadi ini. Karena seorang sahabat Nabi yang mulia pun terheran sambil menangis. Beliau adalah Umar bin Al-Khattab radhiyallahu ‘anhu.
Suatu hari Umar radhiyallahu ‘anhu mendatangi rumah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan beliau sedang tidur di atas dipan yang terbuat dari serat, sehingga terbentuklah bekas dipan tersebut di lambung beliau. Tatkala Umar melihat hal itu, maka ia pun menangis. Nabi yang melihat Umar menangis kemudian bertanya, “Apa yang engkau tangisi wahai Umar?”Umar radhiyallahu ‘anhu menjawab, “Sesungguhnya bangsa Persia dan Roma diberikan nikmat dengan nikmat dunia yang sangat banyak, sedangkan engkau wahai Rasulullah dalam keadaan seperti ini?”. Nabi pun berkata, “Wahai Umar, sesungguhnya mereka adalah kaum yang Allah segerakan kenikmatannya di kehidupan dunia mereka.”
Jawaban Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam atas pertanyaan Umar merupakan jawaban yang memuaskan dan sempurna bagi setiap orang yang bertanya, mengapa dirinya fakir dan miskin padahal dia beriman dan taat kepada Allah, sementara mengapa orang-orang kafir hidup bergelimang harta padahal mereka kufur atau menyekutukan dan durhaka kepada Allah Ta’ala.
Allah Ta’ala telah menciptakan surga dan neraka, lalu menjadikan bagi keduanya penghuni yang berhak untuk hidup kekal di dalamnya. Adapun surga, hanya akan dihuni oleh orang-orang beriman yang bersaksi atas keesaan Allah Ta’ala dan mengakui kenabian Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lalu mereka menyembah dan mentaati Allah Ta’ala, lalu mati dalam keadaan beriman dan taat kepada-Nya.
Sedangkan neraka, akan dihuni oleh setiap manusia yang kufur dan durhaka kepada Allah Ta’ala, lalu mati dalam keadaan tersebut. Akan tetapi, diantara wujud keadilan Allah yang akan membalas perbuatan baik dengan sepuluh hingga ratusan kali lipat, bahwa Dia Subhanallahu Wa Ta’ala juga akan membalas setiap manusia atas perbuatan baik yang dilakukannya, sekalipun dia seorang kafir.
Ada segolongan orang kafir yang selalu melakukan kebaikan dan memberikan sedekah kepada orang-orang fakir serta menggunakan harta mereka untuk hal-hal kebajikan. Hanya saja, karena surga telah diharamkan atas orang-orang kafir sehingga mereka tidak mungkin memasukinya untuk mendapatkan balasan atas kebaikannya, maka Allah akan mensegerakan balasannya di kehidupan dunia yang merupakan surga bagi mereka.
Sebagaimana disabdakan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Dunia adalah penjara bagi orang mukmin dan surga bagi orang kafir.” (HR. Muslim).
Imam Nawawi rahimahullah dalam Syarh Shahih Muslim menerangkan, “Orang mukmin terpenjara di dunia karena harus menahan diri dari berbagai syahwat yang diharamkan dan dimakruhkan. Orang mukmin juga diperintah untuk melakukan ketaatan. Ketika ia mati, barulah ia rehat dari hal itu.
Kemudian ia akan memperoleh apa yang telah Allah janjikan dengan kenikmatan dunia yang kekal, mendapati peristirahatan yang jauh dari sifat kurang.
Adapun orang kafir, dunia yang ia peroleh sedikit atau pun banyak, ketika ia meninggal dunia, ia akan mendapatkan azab (siksa) yang kekal abadi.”
Dan di saat orang kafir telah memasuki kehidupan akhirat, maka dia tidak akan mendapatkan pahala apapun, sebagaimana firman Allah: “Janganlah kamu disedihkan oleh orang-orang yang segera menjadi kafir; sesungguhnya mereka tidak sekali-kali dapat memberi mudharat kepada Allah sedikitpun. Allah berkehendak tidak akan memberi sesuatu bagian (dari pahala) kepada mereka di hari akhirat, dan bagi mereka azab yang besar.” (QS.Ali Imran : 176)
Ayat ini berarti, kebijaksanaan Allah Subhanallahu Wa Ta’ala terhadap orang-orang kafir adalah, bahwa dengan kehendak dan kekuasaan-Nya, Dia ingin untuk tidak memberikan bagi mereka sedikit bagian pun di kehidupan akhirat
Maka saudaraku, sungguh Allah telah memberikan kenikmatan yang banyak kepada kita, dan kita mungkin lupa akan hal itu, kenikmatan itu adalah kenikmatan Islam dan Iman. Dimana hal ini yang membedakan kita semua dengan orang kafir. Sungguh kenikmatan di dunia, tidaklah bernilai secuil pun dibanding kenikmatan di akhirat.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menerangkan tentang perbedaan dunia dan akhirat dalam hadistnya, “Tidaklah berarti dunia ini kalau dibandingkan dengan akhirat, melainkan seperti seseorang yang mencelupkan jarinya ke dalam lautan lalu ia mengangkatnya, dan cobalah lihat dengan apa ia kembali. Berapa banyak air yang melekat di jarinya itu? Dunia itu sangat kecil nilainya seperti halnya air yang melekat di jari tadi,” (HR.Muslim)
Lihatlah saudaraku, dunia itu jika dibandingkan dengan akhirat hanya Nabi misalkan dengan seseorang yang mencelupkan jarinya ke lautan, kemudian ia menarik jarinya. Perhatikanlah, apa yang telah ia dapatkan dari celupan tersebut. Jari yang begitu kecil dibandingkan dengan lautan yang begitu luas, mungkin hanya beberapa tetes saja.
Allah Subhanallahu Wa Ta’ala berfirman; “Kehidupan dunia dijadikan indah dalam pandangan orang-orang kafir, dan mereka memandang hina orang-orang yang beriman. Padahal orang-orang yang bertakwa itu lebih mulia daripada mereka di hari kiamat. Dan Allah memberi rezki kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya tanpa batas.” (QS Al-baqarah: 212).
Allah Subhanallahu Wa Ta’ala memberitahukan tentang kehidupan dunia yang dijadikan indah dalam pandangan orang-orang kafir, yang rela terhadapnya, merasa tentram dengannya, menumpuk harta benda dan mencegahnya dari tempat-tempat infaq yang diperintahkan, yang dapat membuat Allah ridho terhadap mereka. Mereka memandang rendah orang-orang beriman yang berpaling darinya, yang membelanjakan hasil yang didapatkan darinya demi ketaatan kepada Allah dan mendermakannya hanya ingin berharap ridho dari Allah.
Wahai saudaraku alangkah senangnya jika kita mendapatkan nikmat yang begitu besar dan kekal dari
Allah Subhanallahu Wa Ta’ala, yang mana nikmat itu tidak bisa dihitung dan dibandingkan dengan semua kenikmatan yang ada di dunia ini.
Marilah kita jadikan dunia ini sebagai ladang untuk menanamkan benih-benih ketaatan kita kepada Allah Subhanallahu Wa Ta’ala, agar kita dapat memetik dan menikmati hasilnya dikemudian hari dengan hasil yang berkali-kali lipat dan kekal selamanya.
Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihaat.
M.Irfan Shiddiq
Mutiara Ayat
“Kesenangan di dunia ini hanya sebentar dan akhirat itu lebih baik untuk orang-orang yang bertakwa, dan kamu tidak akan dianiaya sedikitpun.”
(An Nisaa: 77)
Nasehat Salaf
“Dunia ini ibarat bayangan: kejar dia dan engkau tak akan pernah bisa menangkapnya; balikkan badanmu darinya dan dia tak punya pilihan lain kecuali mengikutimu.”
(Ibnu Qayyim Al-Jauzi)
“Ketika cinta atas dunia memasuki hati, takut akan Akhirat akan keluar darinya. Berhati-hatilah dengan godaan dunia, karena tidak seorang hambapun yang membuka sebuah pintu dunia ini tanpa tertutupnya beberapa pintu Akhirat baginya.”
(Hasan al Bashri)
Buletin Jum'at Edisi 65
Wahai saudaraku seiman, janganlah heran dengan fenomena yang sedang terjadi ini. Karena seorang sahabat Nabi yang mulia pun terheran sambil menangis. Beliau adalah Umar bin Al-Khattab radhiyallahu ‘anhu.
Suatu hari Umar radhiyallahu ‘anhu mendatangi rumah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan beliau sedang tidur di atas dipan yang terbuat dari serat, sehingga terbentuklah bekas dipan tersebut di lambung beliau. Tatkala Umar melihat hal itu, maka ia pun menangis. Nabi yang melihat Umar menangis kemudian bertanya, “Apa yang engkau tangisi wahai Umar?”Umar radhiyallahu ‘anhu menjawab, “Sesungguhnya bangsa Persia dan Roma diberikan nikmat dengan nikmat dunia yang sangat banyak, sedangkan engkau wahai Rasulullah dalam keadaan seperti ini?”. Nabi pun berkata, “Wahai Umar, sesungguhnya mereka adalah kaum yang Allah segerakan kenikmatannya di kehidupan dunia mereka.”
Jawaban Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam atas pertanyaan Umar merupakan jawaban yang memuaskan dan sempurna bagi setiap orang yang bertanya, mengapa dirinya fakir dan miskin padahal dia beriman dan taat kepada Allah, sementara mengapa orang-orang kafir hidup bergelimang harta padahal mereka kufur atau menyekutukan dan durhaka kepada Allah Ta’ala.
Allah Ta’ala telah menciptakan surga dan neraka, lalu menjadikan bagi keduanya penghuni yang berhak untuk hidup kekal di dalamnya. Adapun surga, hanya akan dihuni oleh orang-orang beriman yang bersaksi atas keesaan Allah Ta’ala dan mengakui kenabian Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lalu mereka menyembah dan mentaati Allah Ta’ala, lalu mati dalam keadaan beriman dan taat kepada-Nya.
Sedangkan neraka, akan dihuni oleh setiap manusia yang kufur dan durhaka kepada Allah Ta’ala, lalu mati dalam keadaan tersebut. Akan tetapi, diantara wujud keadilan Allah yang akan membalas perbuatan baik dengan sepuluh hingga ratusan kali lipat, bahwa Dia Subhanallahu Wa Ta’ala juga akan membalas setiap manusia atas perbuatan baik yang dilakukannya, sekalipun dia seorang kafir.
Ada segolongan orang kafir yang selalu melakukan kebaikan dan memberikan sedekah kepada orang-orang fakir serta menggunakan harta mereka untuk hal-hal kebajikan. Hanya saja, karena surga telah diharamkan atas orang-orang kafir sehingga mereka tidak mungkin memasukinya untuk mendapatkan balasan atas kebaikannya, maka Allah akan mensegerakan balasannya di kehidupan dunia yang merupakan surga bagi mereka.
Sebagaimana disabdakan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Dunia adalah penjara bagi orang mukmin dan surga bagi orang kafir.” (HR. Muslim).
Imam Nawawi rahimahullah dalam Syarh Shahih Muslim menerangkan, “Orang mukmin terpenjara di dunia karena harus menahan diri dari berbagai syahwat yang diharamkan dan dimakruhkan. Orang mukmin juga diperintah untuk melakukan ketaatan. Ketika ia mati, barulah ia rehat dari hal itu.
Kemudian ia akan memperoleh apa yang telah Allah janjikan dengan kenikmatan dunia yang kekal, mendapati peristirahatan yang jauh dari sifat kurang.
Adapun orang kafir, dunia yang ia peroleh sedikit atau pun banyak, ketika ia meninggal dunia, ia akan mendapatkan azab (siksa) yang kekal abadi.”
Dan di saat orang kafir telah memasuki kehidupan akhirat, maka dia tidak akan mendapatkan pahala apapun, sebagaimana firman Allah: “Janganlah kamu disedihkan oleh orang-orang yang segera menjadi kafir; sesungguhnya mereka tidak sekali-kali dapat memberi mudharat kepada Allah sedikitpun. Allah berkehendak tidak akan memberi sesuatu bagian (dari pahala) kepada mereka di hari akhirat, dan bagi mereka azab yang besar.” (QS.Ali Imran : 176)
Ayat ini berarti, kebijaksanaan Allah Subhanallahu Wa Ta’ala terhadap orang-orang kafir adalah, bahwa dengan kehendak dan kekuasaan-Nya, Dia ingin untuk tidak memberikan bagi mereka sedikit bagian pun di kehidupan akhirat
Maka saudaraku, sungguh Allah telah memberikan kenikmatan yang banyak kepada kita, dan kita mungkin lupa akan hal itu, kenikmatan itu adalah kenikmatan Islam dan Iman. Dimana hal ini yang membedakan kita semua dengan orang kafir. Sungguh kenikmatan di dunia, tidaklah bernilai secuil pun dibanding kenikmatan di akhirat.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menerangkan tentang perbedaan dunia dan akhirat dalam hadistnya, “Tidaklah berarti dunia ini kalau dibandingkan dengan akhirat, melainkan seperti seseorang yang mencelupkan jarinya ke dalam lautan lalu ia mengangkatnya, dan cobalah lihat dengan apa ia kembali. Berapa banyak air yang melekat di jarinya itu? Dunia itu sangat kecil nilainya seperti halnya air yang melekat di jari tadi,” (HR.Muslim)
Lihatlah saudaraku, dunia itu jika dibandingkan dengan akhirat hanya Nabi misalkan dengan seseorang yang mencelupkan jarinya ke lautan, kemudian ia menarik jarinya. Perhatikanlah, apa yang telah ia dapatkan dari celupan tersebut. Jari yang begitu kecil dibandingkan dengan lautan yang begitu luas, mungkin hanya beberapa tetes saja.
Allah Subhanallahu Wa Ta’ala berfirman; “Kehidupan dunia dijadikan indah dalam pandangan orang-orang kafir, dan mereka memandang hina orang-orang yang beriman. Padahal orang-orang yang bertakwa itu lebih mulia daripada mereka di hari kiamat. Dan Allah memberi rezki kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya tanpa batas.” (QS Al-baqarah: 212).
Allah Subhanallahu Wa Ta’ala memberitahukan tentang kehidupan dunia yang dijadikan indah dalam pandangan orang-orang kafir, yang rela terhadapnya, merasa tentram dengannya, menumpuk harta benda dan mencegahnya dari tempat-tempat infaq yang diperintahkan, yang dapat membuat Allah ridho terhadap mereka. Mereka memandang rendah orang-orang beriman yang berpaling darinya, yang membelanjakan hasil yang didapatkan darinya demi ketaatan kepada Allah dan mendermakannya hanya ingin berharap ridho dari Allah.
Wahai saudaraku alangkah senangnya jika kita mendapatkan nikmat yang begitu besar dan kekal dari
Allah Subhanallahu Wa Ta’ala, yang mana nikmat itu tidak bisa dihitung dan dibandingkan dengan semua kenikmatan yang ada di dunia ini.
Marilah kita jadikan dunia ini sebagai ladang untuk menanamkan benih-benih ketaatan kita kepada Allah Subhanallahu Wa Ta’ala, agar kita dapat memetik dan menikmati hasilnya dikemudian hari dengan hasil yang berkali-kali lipat dan kekal selamanya.
Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihaat.
M.Irfan Shiddiq
Mutiara Ayat
“Kesenangan di dunia ini hanya sebentar dan akhirat itu lebih baik untuk orang-orang yang bertakwa, dan kamu tidak akan dianiaya sedikitpun.”
(An Nisaa: 77)
Nasehat Salaf
“Dunia ini ibarat bayangan: kejar dia dan engkau tak akan pernah bisa menangkapnya; balikkan badanmu darinya dan dia tak punya pilihan lain kecuali mengikutimu.”
(Ibnu Qayyim Al-Jauzi)
“Ketika cinta atas dunia memasuki hati, takut akan Akhirat akan keluar darinya. Berhati-hatilah dengan godaan dunia, karena tidak seorang hambapun yang membuka sebuah pintu dunia ini tanpa tertutupnya beberapa pintu Akhirat baginya.”
(Hasan al Bashri)
Buletin Jum'at Edisi 65
Post A Comment:
0 comments: