Kompetisi yang diadakan selama tiga hari, hingga Senin (28/10) lalu itu juga diikuti universitas-universitas Islam Indonesia lainnya seperti ; UIN Jakarta, UIN Malang, UIN Yogyakarta dan Universitas Al-Azhar Jakarta yang satu persatu gugur dan hanya menyisakan STIBA Ar-Raayah untuk mewakili Indonesia ke babak final.
Sebelumnya, di babak penyisihan, tim STIBA Ar-Raayah mendapat giliran untuk berhadapan dengan tim dari Qatar University di sesi pertama. Kesempatan pertama itupun dimanfaatkan dengan baik oleh tim STIBA Ar-Raayah. Dan alhasil tim STIBA Ar-Raayah berhasil unggul dengan poin 2-1. Begitu seterusnya hingga memasuki sesi kelima, STIBA Ar-Raayah tampil gagah didepan satu persatu tim lawan.
Lolos ke babak perempat final, STIBA Ar-Raayah tampil gemilang menghadapi Sultan Qaboos University - Oman dengan kemenangan telak 5-0. Lanjut ke babak semifinal, STIBA Ar-Raayah menggempur Carnegie Mellon University - Qatar dengan poin 4-1.
Pada babak final, STIBA Ar-Raayah berhadapan dengan Princess Sumaya University for Technology - Yordania. Debat berlangsung sengit, masing-masing kubu berusaha menghadirkan argumen-argumen ilmiah untuk mematahkan pendapat lawan. Adapun Judul yang diangkat adalah, "Yandamu al-majelis 'ala ta'allumi al-muslimina ad-dhiraasaat al-islamiyyah fii jaami'aati al-gharb" (Pemerintah menyayangkan kaum muslimin yang belajar Agama Islam di universtas-universita barat), dan akhirnya tim STIBA Ar-Raayah pun mendapat juara dua dari dua puluh tim yang hadir dari belahan dunia dalam kompetisi tersebut.
"Meski gagal di tangga terakhir menuju juara pertama, namun kami merasa sangat bersyukur kepada Allah atas karunia ini. Ini adalah awal yang baik untuk STIBA Ar-Raayah karena pintu keberhasilan tingkat Internasional telah terbuka. Tidak sedikit tim-tim lawan yang mengucapkan selamat. Beberapa dari mereka bahkan terkesan dengan celetukan yang saya dengar sendiri, 'Ar-Raayah adalah Iblisnya Bahasa Arab.' (ujar Wildan Fata Mubarok - kanditat terbaik keenam dari sepuluh kandidat yang dinobatkan menjadi pendebat terbaik, sedangkan jumlah keseluruhan lebih dari enampuluh pendebat.)
Beberapa rekan dari tim dan negara lain juga mendatangi Ustadz Halim Faqihuddin sebagai pembimbing tim STIBA Ar-Raayah untuk menanyakan 'resep' dan durasi waktu latihan yang beliau pandu hingga sampai seperti ini. Beliaupun tersenyum dan menjawab, "Sebenarnya kami tidak memiliki waktu untuk berlatih. Kami hanya mengandalkan metode pembelajaran Bahasa Arab yang tercipta dari lingkungan yang kami tempati. Mahasiswa Ar-Raayah berbicara menggunakan Bahasa Arab fusha bahkan pada saat mereka mengigau dalam tidur. Itulah yang membuat mereka terkadang lupa akan kosakata Bahasa Indonesia." Ustadz muda yang juga salah satu alumni STIBA Ar-Raayah itu kembali renyah oleh senyum bahagia.
Kesuksesan yang diraih oleh STIBA Ar-Raayah itu tentunya akan mengharumkan nama STIBA Ar-Raayah dan Indonesia di kancah dunia..
Post A Comment:
0 comments: